Wednesday, July 7, 2010

Rawatlah Kawat Gigi Anak Anda


Jangan jadikan penggunaan kawat gigi hanya sebagai aksesoris mulut belaka. Optimalkan manfaat pemakaiannya dengan memperhatikan kebersihannya juga.

Sebenarnya, penggunaan kawat gigi berfungsi untuk memperbaiki posisi gigi kita yang tidak benar (proporsional) dan tidak rata. Hal itu banyak dilakukan hanya untuk mendapatkan senyum manis yang sempurna. Perawatan yang tidak baik justru menjadi pemicu terjadinya kerusakan pada kawat dan gigi itu sendri., sehingga membuatnya menjadi tidak nyaman waktu dipakai. Mempelajari dasar-dasar pemeliharaan kawat gigi dapat membantu untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi.

1. Bersiap untuk menyikat gigi. Lepaskan semua “aksesoris” pendukung, seperti karet gigi dan peralatan orthodontik lainnya sebelum menyikat gigi.

2. Bersihkan kawat. Genggam sikat gigi dan buat sudut 45 derajat untuk membersihkan kotoran dan plak yang ada di daerah sekitar kawat dan pin. Lakukan gerakan menyikat dari atas ke bawah pada setiap gigi. Ambil waktu sedikit untuk memastikan semua plak dan kotoran sudah tuntas dibersihkan. Lakukan hal yang sama pada gigi di bagian geraham lainnya.

3. Sikat gigi. Bersihkan tiap gigi kita satu persatu. Pertama, arahkan sikat gigi kita 45 derajat kearah gusi, lakuan penyikatan dengan gerakan memutar secara perlahan-lahan selama 10 detik. Lakuan gerakan ini pada semua bagian permukaan gigi (depan dan belakang). Turunkan sikat jika perlu untuk menggapai bagian dalam dari gigi depan yang kecil.

4. Rutin flossing. Gunakanlah benang gigi yang sudah diperuntukan untuk gigi berkawat. Lakukanlah secara rutin 1 kali sehari.

5. Cuci dan periksa. Berkumurlah dengan air atau obat kumur. Setelah selesai, periksa kembali gigi kita di depan kaca untuk memastikan semua bagian sudah bersih.

Mengenal Perawatan Kawat Gigi Pada Anak


Kawat gigi yang dalam bahasa Belanda disebut behel atau dalam bahasa Inggris disebut dengan braces, saat ini pemakaiannya sedang diminati.

Mereka yang memakai kawat gigi dalam dunia kedokteran gigi, disebut sebagai pasien dengan perawatan orthodontik (ortho: lurus, donti: gigi). Jadi, perawatan dengan kawat gigi adalah perawatan untuk meluruskan kembali/menata ketidakteraturan letak gigi (maloklusi). Ketidakteraturan letak gigi (mal oklusi) ini menyebabkan gigi susah dibersihkan sehingga makanan mudah melekat dan membuat gigi berlubang (karies).

Penyebab gigi tidak beraturan
Penyebab ketidakteraturan letak gigi (maloklusi) ini karena adanya ketidakharmonisan ukuran gigi dengan rahang atau dengan otot sekitar mulut. Hal ini disebabkan antara lain oleh faktor genetik/keturunan, pola makan, dan perilaku. Pola makan yang membiasakan anak untuk terlalu lama makan makanan lunak menyebabkan rahang kurang berkembang. Demikian juga dengan perilaku yang tidak baik seperti menghisap jari, pemakaian dot yang terlalu lama, bernafas melalui mulut, maupun cara menelan yang salah.

Penggunaan Behel: siapa dan kapan
Yang memerlukan perawatan orthodontik adalah mereka yang memiliki gigi geligi yang tidak beraturan sehingga gigi geligi tampak maju mundur, gigi gingsul, gigi jarang, juga keadaan yang menyebabkan letak gigi geligi sedemikian rupa karena ukuran rahangnya lebih maju (rahangnya cakil atau tonggos).

Perawatan orthodontik ini sebaiknya dilakukan sejak diketahui adanya kelainan, dapat dilakukan pada anak- anak, remaja maupun dewasa. Pada anak-anak yaitu ketika memasuki tahap pergantian gigi susu ke periode gigi tetap, sekitar umur 6 tahun. Walaupun pada saat itu masih belum perlu memakai kawat gigi, kecuali pada kasus yang berhubungan dengan rahang. Normalnya adalah pada usia 11-12 tahun (pada masa akhir gigi bercampur).

Lama Perawatan
Lamanya perawatan orthodontik ini tergantung pada keparahan mal oklusi, jenis perawatan, dan kerjasama (ko-operatif-an) pasien untuk mematuhi jadwal kontrol. Jadwal kontrol bertujuan untuk mengaktifkan alat orthodontik yang dilakukan tiap 3-4 minggu sekali. Hal yang biasanya dirasakan pasien setelah kontrol adalah rasa kencang pada gigi geliginya.

Mengenal Alat Orthodontik
Perawatan orthodontik dapat dilakukan dengan alat lepasan (removable appliance), alat cekat (fix appliance) maupun kombinasi.

Alat lepasan (removable appliance)
Alat lepasan (removable appliance) dapat memperbaiki kelainan letak gigi derajat ringan dengan hasil yang memuaskan.
Untuk alat orthodontik yang lepasan terdiri dari:

* Plat dasar yang terbuat dari akrilik dan menempel pada langit langit rahang atas atau pada dasar

mulut rahang bawah.

* Bagian aktif yang terbuat dari kawat stainless steel yang berfungsi untuk menggerakkan gigi ke tempat

yang diinginkan.

* Bagian retensi untuk menahan agar alat tidak terlepas dari mulut.

Alat cekat (fix appliance)
Alat cekat (fix appliance) yaitu alat yang direkatkan pada tiap tiap gigi dan terdiri dari:

* Bracket dan band
Bracket ini bahannya dapat logam atau bukan logam seperti porselen, komposit, plastik. Bahan-bahan

ini mempunyai warna yang mendekati warna gigi. Band (cincin) gigi disemenkan pada gigi geraham.

* Archwire (busur kawat)

* Pengikat yang menyatukan busur kawat dengan bracket, terbuat dari kawat halus atau karet. Untuk karet

ini, produsen alat ortho menyediakan bermacam macam warna braces Karena bahan-bahan untuk alat ini kebanyakan masih didatangkan dari luar negeri, maka biaya perawatan dengan alat ini lebih mahal. Pemasangan alat ini sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi spesalis yaitu dokter gigi yang memperoleh pendidikan lanjutan dan gelar khusus orhodontist. Perawatan orthodontik dengan alat cekat relatif lebih singkat dibandingkan dengan alat lepasan.
Sesudah masa perawatan aktif selesai dan gigi geligi sudah terletak pada posisi yang diinginkan, maka untuk menjaga kestabilan hasil perawatan digunakan retainer. Alat ini dapat berupa alat lepasan maupun berupa alat cekat pasif. Alat retainer digunakan selama 6 bulan sampai 1 tahun.

Pentingnya perawatan gigi pada anak


Sebagai orang tua, khususnya para ibu, cobalah untuk lebih jauh berpikir dengan mengkonsumsi makanan bergizi pada masa kehamil­an, dan membersihkan gigi sejak dini membuat gigi anak Anda sehat dan kuat.

Gigi anak yang cantik tentunya tidak hanya membuat senyumnya menjadi lebih indah dan menawan, tapi juga mampu meningkatkan kebanggaan dan rasa percaya diri pada anak. Oleh karenanya orangtua perlu mempersiapkan, dan membantu anak membentuk gigi yang sehat dan kuat.

Pertumbuhan bakal gigi sejak dalam rahim, tepatnya sejak trimester pertama atau saat janin berusia satu bulan dan berlangsung sampai bayi lahir. Karenanya dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi sebelum dan selama masa kehamilan, membuat gigi anak kuat.

Berbagai unsur makanan seperti vitamin dan mineral sangat dibutuhkan oleh seorang anak pada proses tumbuh kembangnya, termasuk pada tumbuh kembang gigi anak. seperti diketahui bahwa Vitamin A, C, D, fosfor dan kalsium merupakan vitamin dan mineral yang dibutuhkan gigi untuk tumbuh.

Hati, susu, kuning telur, keju, sayuran, wortel, tomat merupakan sumber vitamin A. Vitamin C terkandung dalam buah-buahan seperti jeruk, mangga, jambu biji, dan lain-lain. Sementara daging ikan salmon, dan susu merupakan sumber vitamin D.

Kandungan fosfor dalam makanan banyak terdapat dalam makanan yang tinggi protein, seperti ikan, ayam, daging, telur, kacang-kacangan, biji-bijian, dan serelia atau gandum. Sedangkan kalsium berasal dari makan­an, seperti susu, mentega, dan ikan teri.

Pada umur2 tertentu gigi anak akan mengalami proses erupsi, yitu munculnya gigi pada permukaan gusi dalam rongga mulut. Nah pada saat-saat inilah orangtua perlu mulai menjaga dan membersihkan gigi anak untuk menghindari terjadinya kerusakan yang kejadiannya memerlukan waktu yang relatif singkat.

Proses terjadinya gigi yang berlubang tergantung pada tiga kondisi, yaitu gigi, asam, dan waktu. Sehingga untuk mencegah gigi berlubang setiap orang perlu memutus salah satu dari tiga kondisi di atas

“Misalnya orang ompong, pasti tidak akan memiliki gigi berlubang. Begitu juga dengan endap­an sisa makanan di gigi yang dapat menciptakan suasana asam. Jika kita ganggu dengan menggosok gigi, maka gigi berlubang tak akan terbentuk. Sedangkan waktu berarti waktu yang diperlukan bakteri atau kuman untuk ‘membuat’ lubang di gigi. Bagi bayi, batita dan balita waktu penguraian berkisar tiga jam. Sementara waktu penguraian bakteri bagi orang dewasa lebih lama. Hal ini dikerenakan email gigi orang dewasa lebih kuat. Nah, jika selama waktu itu kita ‘ganggu’ bagaimana gigi itu mau berlubang.

”Sebaiknya kebiasaan membersihkan gigi ditanamkan orangtua sejak dini, sehingga kelak dengan sendirinya kebiasaan ini akan terbentuk dalam diri anak.

Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan perawatan gigi:

1 Lakukan pembersihan gigi bayi hingga balita sesering mungkin. Misalnya, sehabis mengkonsumsi air susu (ASI, atau formula), dan makanan (kecil—snack, cookies, atau besar –lunch, dinner). Bersihkan gigi bayi atau batita dengan tisu, kasa, atau lap lembut.

2 Ajaklah anak dan berikan pengertian mengenai pentingnya menggosok gigi. Jangan memaksa anak. Hal ini akan membuat anak trauma untuk menggosok gigi.

3 Lakukan tes gigi minimal satu bulan sekali. Hal ini bertujuan memeriksa apakah cara menggosok gigi anak sudah benar.

4 Jangan menggosok gigi terlalu menekan. Selain membuat gigi nyeri dan rapuh, aktivitas ini membuat gusi penahan gigi rusak. Lakukan dengan menempelkan bulu sikat pada gigi dan mulailah gerakan menggesek. Usia 3-25 tahun, arah gerakan menyikat bebas. Namun usia di atas 25 tahun, usahakan gerakan gigi harus atas-bawah. Artinya, gosoklah gigi atas ke arah bawah, dan gigi bawah ke arah atas. Hal ini untuk mencegah rusaknya gusi gigi. Karena pada usia di atas 25 tahun kondisi gusi penahan gigi sudah mulai tak elastis.

5 Segera bersihkan gigi setelah mengkonsumsi makanan manis.

6 Jangan segera mengkonsumsi minuman atau makanan dingin setelah memakan makanan panas atau sebaliknya. Hal ini akan membuat gigi retak. Konsumsilah makanan atau minuman netral. Misalnya, air putih.

7 Biasakan anak untuk menggigit makanan dengan menggunakan geraham kiri dan kanan. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan rahang sempurna.

Tes kebersihan Gigi

Ambil pewarna kue. Gunakan cotton bud, celupkan, kemudian tempelkan pada gigi anak bagian luar dan dalam. Jika pewarna kue itu masih menempel berarti gigi belum bersih. Segeralah bersihkan pewarna kue dengan kain lembut. Lakukan pembersihan dan tes kembali. Tes ini sebaiknya dilakukan rutin sebulan sekali. Hal ini bertujuan melihat apakah anak telah tepat dalam menggosok gigi.

Tips untuk kesehatan gigi anak


Kesehatan mulut dan gigi perlu diperhatikan sejak dini. Anda sebagai orang tua tentu tak mau si kecil anda nantinya bermasalah dengan rasa percaya diri karena kondisi gigi yang tidak rapi atau harus bolak-balik ke dokter gigi karena giginya rusak.
- Berikanlah ASI eksklusif pada bayi anda selama enam bulan atau semampu Anda.
- Batasi makanan yang mengandung gula hanya saat jam makan saja.
- Hindari kontak air liur, yang biasanya terjadi lewat pertukaran sendok dari mulut ibu ke mulut bayi. Gunakan sendok yang berbeda saat menyuapi bayi Anda.
- bersihkan dot dan mainan anak dengan air. jangan gunakan mulut Anda untuk membersihkannya.
- bersihkan gusi bayi Anda setiap selesai makan bahkan sebelum gigi pertamanya tumbuh. Gunakan kain pembersih yang lembab atau sikat gigi dengan bulu lembut dan kepala kecil yang khusus dibuat untuk bayi.

- Saat gigi pertama bayi tumbuh, mulailah menyikat giginya dengan pasta gigi berfluoride dua kali sehari. Gunakan sedikit saja pasta gigi.
- Jangan biasakan bayi anda tertidur dengan botol berisi susu, jus, atau minuman yang mengandung gula.
- Bawalah bayi Anda ke dokter gigi, sebaiknya bila ada pada dokter gigi spesialis gigi anak pada saat usinya 6 dan 12 bulan untuk mendapatkan pemeriksaan gigi dan gusi.

Gigi Anak dan Perawatannya

Ada beberapa kiat-kiat untuk membuat gigi anak-anak Anda sehat tentunya dengan merawatnya sejak dini. American Dental Association menyatakan ada beberapa kiat jitu untuk menjaga gigi anak tetap sehat.
Pertama, mengunjungi dokter gigi secara rutin, khususnya enam bulan sejak gigi pertama tumbuh dan sebelum anak berusia satu tahun. Pemeriksaan rutin mencakup pembersihan dan pemberian fluoride bisa mencegah masalah gigi semakin parah.
Kedua, mencegah pembusukan gigi dan pertumbuhan plak dengan membersihkan mulut bayi beberapa hari pascakelahiran dan menyeka gusinya dengan kain lembap setiap usai menyusui.
Ketiga, jangan biarkan anak Anda menyusui dalam jangka waktu yang lama. Pasalnya, pembusukan gigi sangat mungkin terjadi jika Anda membiarkan anak tidur sambil meminum sebotol susu. Doronglah anak Anda untuk minum dengan menggunakan gelas saat berusia satu tahun.
Untuk anak-anak yang gemar bermain scooter atau bersepeda disarankan menggunakan pelindung mulut yang aman dan nyaman. Jika gigi anak patah, cucilah gigi itu, tapi jangan sekali-kali digosok. Jika memungkinkan, pegang persendian gigi secara lembut dan segera periksa ke dokter gigi terdekat.

Tuesday, July 6, 2010

BULAN KESEHATAN GIGI NASIONAL MAKASSAR 2010


Bulan Juli 2010 dicanangkan sebagai Bulan Kesehatan Gigi Nasional dengan penandatanganan nota kesepakatan bersama antara PB PDGI dan AFDOKGI (Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia) dengan P.T. Unilever pada 24 Juni 2010. Direncanakan pada Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2010 akan dilakukan pendidikan kesehatan gigi melalui iklan layanan masyarakat yang ditayangkan pada berbagai media massa. Pada iklan layanan masyarakat tersebut disampaikan anjuran untuk mencegah kerusakan gigi sejak dini serta perlunya pemeriksaan gigi secara rutin 6 bulan sekali. Selain itu diselenggarakan pelayanan gigi gratis yang bekerja sama dengan AFDOKGI yang dilaksanakan di 13 Fakultas Kedokteran Gigi, serta juga akan dilaksanakan bersama dengan cabang-cabang PDGI di beberapa daerah yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Pelayanan kesehatan gigi yang diberikan pada masyarakat meliputi pemeriksaan gigi serta perawatan berupa penambalan sederhana yang tidak melibatkan perawatan syaraf gigi, pencabutan tanpa komplikasi gigi sulung atau gigi tetap, pembersihan karang gigi, perawatan pencegahan gigi berlubang dengan aplikasi fluoride atau fissure sealant. Jadwal pelayanan kesehatan gigi gratis di 13 fakultas kedokteran gigi adalah:
Univ. Gajah Mada, Yogyakarta : 30 Juni - 2 Juli 2010
Univ.Muhammadiyah, Yogyakarta : 12-14 Juli 2010
Univ.Prof.Dr.Moestopo (Beragama), Jakarta : 5-7 Juli 2010
Univ. Trisakti, Jakarta : 21-23 Juli 2010
Univ. Indonesia, Jakarta : 7-9 Juli 2010
Univ. Padjadjaran, Bandung : 15-17 Juli 2010
Univ. Jember, Jember : 26-28 Juli 2010
Univ. Airlangga, Surabaya : 19-21 Juli 2010
Univ.Mahasaraswati, Bali : 26-28 Juli 2010
Univ. Baiturrahmah, Padang : 19-21 Juli 2010
Univ. Sumatera Utara, Medan : 29-31 Juli 2010
Univ. Hasanuddin, Makassar : 29-31 Juli 2010. (Ketua Panitia Drg. Harun Achmad,Sp.KGA,M.Kes)

Ketua AFDOKGI, Prof Ismet Danial Nasution, drg, PhD, SpPros(K) menjelaskan kegiatan ini akan banyak melibatkan civitas akademika dari Fakultas Kedokteran Gigi, baik dosen maupun mahasiswa. Melalui Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2010 diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi serta mencegah penyakit gigi, dan juga mulai memeriksa diri secara rutin ke sarana pelayanan medis kesehatan gigi. "Kami berharap kegiatan ini akan menumbuhkan rasa cinta para mahasiswa kedokteran gigi untuk memelihara, tidak hanya mengobati masalah gigi. Selain itu kesempatan ini bisa dipakai untuk memperkenalkan pelayanan gigi itu ramah dan tidak menakutkan," kata drg.Zaura Anggraeni, MDS, Ketua PDGI. Diharapkan seluruh lapisan masyarakat untuk ikut berpartisipasi di Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2010 demi meningkatkan kualitas kesehatan gigi masyarakat Indonesia untuk kehidupan yang lebih baik.

Penandatanganan nota kesepakatan bersama ini dilakukan mengingat permasalahan kesehatan gigi yang cukup memprihatinkan di Indonesia tidak bisa diselesaikan tanpa adanya kerjasama antara semua pihak. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007, karies gigi diderita oleh 72,1% penduduk Indonesia, dan dalam 12 bulan terakhir sebanyak 23,4% penduduk Indonesia mengeluhkan adanya masalah pada gigi dan mulutnya. Dari jumlah tersebut, hanya 29,6% yang mencari pertolongan dan mendapatkan perawatan dari tenaga kesehatan. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya tingkat kesadaran dan tingkat utilisasi masyarakat terhadap pelayanan medis kesehatan gigi. Masih menurut riset tersebut, 91,1% masyarakat Indonesia yang berumur diatas 10 tahun, meskipun sudah menggosok gigi setiap hari, namun hanya sebesar 7,3% yang telah menggosok gigi secara benar, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Unilever ditahun 2007, hanya terdapat 5,5% masyarakat Indonesia yang memeriksakan kesehatan gigi secara teratur ke dokter gigi. "Masih rendahnya kualitas kesehatan gigi masyarakat Indonesia tentunya memprihatinkan kita semua. Dari gigi rusak tersebut, hanya 1 persen yang dirawat, selebihnya lebih kurang 25 persen masih dalam keadaan berlubang, dan lebih 75 persen gigi yang lubang tersebut dibiarkan atau tidak memperoleh perawatan sehingga membusuk atau harus dicabut karena sudah terlalu parah. Keadaan ini merupakan refleksi masih minimnya pelayanan kesehatan gigi yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu, akan menjadi sangat penting dan mendesak untuk lebih mengarahkan upaya mencegah kerusakan dan menjaga gigi sehat tetap sehat. Ini jauh lebih efektif dan efisien dalam menurunkan angka kepenyakitan serta beban-beban yang timbul akibat penyakit gigi dan mulut yang tidak dirawat. Sebab, penyakit gigi dan mulut tidak sembuh sendiri. Apabila dibiarkan maka biaya yang harus dikeluarkan semakin mahal," drg Zaura Anggraeni MDS selaku ketua PB PDGI lebih lanjut mengungkapkan.

Berdasarkan kenyataan tersebut, PDGI dan AFDOKGI bekerjasama dengan Unilever melakukan kerjasama untuk pelaksanaan Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2010, dengan di dukung oleh Bina Pelayanan Medik Dasar Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, dalam rangka terus melakukan komitmen dan upaya nyata untuk memberikan edukasi dan memperkenalkan pelayanan kedokteran gigi pada masyarakat luas.

Kegiatan ini merupakan wujud pengembangan lebih lanjut misi sosial Unilever yang memproduksi pasta gigi Pepsodent bekerja sama dengan PDGI sejak tahun 1995 telah melakukan edukasi kepada masyarakat termasuk kepada anak-anak, orang tua dan guru melalui program kesehatan gigi sekolah. Menurut Hernie Raharja, Marketing Manager Oral Care PT Unilever, sampai akhir tahun lalu, kerjasama yang erat ini, telah berhasil menjangkau lebih dari 3,8 juta anak usia sekolah dasar yang mencakup sekitar 9.900 sekolah pada 45 kota di seluruh Indonesia.

Tuesday, June 29, 2010

Koreksi Protrusif dengan Oral screen pada anak sebagai tahap therapi awal maloklusi klas II div. 1

ABSTRAK


Latar belakang : Maloklusi merupakan variasi biologi, dimana terjadi penyimpangan dari hubungan normal antara gigi-gigi dalam satu lengkung rahang maupun dalam lengkung rahang yang berlawanan. Maloklusi dihubungkan dengan fungsi yang tidak normal dari otot wajah, otot-otot pengunyahan, dan otot-otot lidah. Pada keadaan biasa nampak gigi-geligi anterior rahang atas mengalami protrusi, overbite, overjet yang terlalu besar, serta open bite. Penyebab utamanya mungkin oleh ketidakharmonisan hubungan antara otot-otot intra oral dan otot-otot perioral. Salah satu penanganan awal maloklusi pada anak, utamanya sebagai koreksi protrusif adalah alat oral screen.
Tujuan : Oral screen merupakan salah satu alat efektif yang paling mudah digunakan untuk mengkoreksi protrusif gigi anterior rahang atas. Makalah ini membahas tentang pemakaian oral screen pada koreksi protrusif gigi anterior pasien anak.
Kasus : Seorang anak laki-laki umur 11 tahun, dengan kondisi protrusif gigi anterior rahang atas, dengan maloklusi klas II div.1 datang ke klinik spesialis Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKG-UNPAD Bandung, dengan keluhan gigi depan rahang atas lebih maju ke depan, tampak bibir tidak menutup sempurna, serta keluhan fungsi pengunyahan makanan. Pada pengukuran awal didapatkan overjet sebesar 13 mm, dan overbite 8 mm. Setelah pemakaian alat oral screen selama 4 bulan, didapatkan perubahan overjet 9 mm, dan overbite 5 mm.
Kesimpulan : Dari perawatan yang dilakukan pada pasien selama empat bulan dengan menggunakan alat oral screen selama 12-16 jam sehari, terdapat perubahan bermakna secara signifikan pada overjet maupun overbite pasien, disamping itu juga menghasilkan perubahan bentuk profil wajah khususnya pada posisi bibir dan hubungannya dengan gigi geligi anterior pasien.

Kata kunci : Protrusi, Oral screen, maloklusi







The Protrusif Correction using Oral screen for the Child with Malocclusion Class II div. 1 as the early stage of therapy


ABSTRACT

The background: Malocclusion was the biological variation, where the deviation from normal relations between teeth in one jaw arch happening and in the contradictory jaw arch. Malocclusion was connected with the function that was abnormal from the face muscle, chewing muscles, and tongue muscles. In the situation is normally visible anterior dentures the upper jaw experienced pro-verdigris, overbite, overjet that was too big, as well as open bite. The cause especially possibly by disharmony of the relations between oral muscles and muscles perioral. One of the handlings of malocclusion of the beginning to the child, especially as the correction protrusif was the oral implement screen.
The aim: Oral screen was one of the effective implements that most was easy to be used to correct protrusif anterior teeth the upper jaw.
This paper discussed about the oral use screen in the correction protrusif anterior teeth of the child's patient.
The case: A child of the age man 11 years, with the condition protrusif anterior teeth the upper jaw, with malocclusion of the class of Ii div.1 who came to the specialist dental clinic FKG-UNPAD Bandung. With the chief complaint, the anterior teeth of the upper jaw more went up, apparently the lip did not close perfect, as well as the function complaint of the chewing of food. To the grating of early was obtained overjet as big as 13 mm, and overbite 8 mm. After the use of the oral implement screen for 4 months, was obtained by the change overjet 9 mm, and overbite 5 mm.
The conclusion: from the maintenance that was carried out to the patient for four months by using the oral implement screen for 12-16 hours a day, was gotten by the significant change significantly in overjet and overbite the patient, nearby same produced the change in the form of the appearance of the face especially in the position of the lip and his relations with anterior dentures the patient.

The key word: Protrusif, Oral screen, malocclusion