Tuesday, June 29, 2010

Koreksi Protrusif dengan Oral screen pada anak sebagai tahap therapi awal maloklusi klas II div. 1

ABSTRAK


Latar belakang : Maloklusi merupakan variasi biologi, dimana terjadi penyimpangan dari hubungan normal antara gigi-gigi dalam satu lengkung rahang maupun dalam lengkung rahang yang berlawanan. Maloklusi dihubungkan dengan fungsi yang tidak normal dari otot wajah, otot-otot pengunyahan, dan otot-otot lidah. Pada keadaan biasa nampak gigi-geligi anterior rahang atas mengalami protrusi, overbite, overjet yang terlalu besar, serta open bite. Penyebab utamanya mungkin oleh ketidakharmonisan hubungan antara otot-otot intra oral dan otot-otot perioral. Salah satu penanganan awal maloklusi pada anak, utamanya sebagai koreksi protrusif adalah alat oral screen.
Tujuan : Oral screen merupakan salah satu alat efektif yang paling mudah digunakan untuk mengkoreksi protrusif gigi anterior rahang atas. Makalah ini membahas tentang pemakaian oral screen pada koreksi protrusif gigi anterior pasien anak.
Kasus : Seorang anak laki-laki umur 11 tahun, dengan kondisi protrusif gigi anterior rahang atas, dengan maloklusi klas II div.1 datang ke klinik spesialis Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKG-UNPAD Bandung, dengan keluhan gigi depan rahang atas lebih maju ke depan, tampak bibir tidak menutup sempurna, serta keluhan fungsi pengunyahan makanan. Pada pengukuran awal didapatkan overjet sebesar 13 mm, dan overbite 8 mm. Setelah pemakaian alat oral screen selama 4 bulan, didapatkan perubahan overjet 9 mm, dan overbite 5 mm.
Kesimpulan : Dari perawatan yang dilakukan pada pasien selama empat bulan dengan menggunakan alat oral screen selama 12-16 jam sehari, terdapat perubahan bermakna secara signifikan pada overjet maupun overbite pasien, disamping itu juga menghasilkan perubahan bentuk profil wajah khususnya pada posisi bibir dan hubungannya dengan gigi geligi anterior pasien.

Kata kunci : Protrusi, Oral screen, maloklusi







The Protrusif Correction using Oral screen for the Child with Malocclusion Class II div. 1 as the early stage of therapy


ABSTRACT

The background: Malocclusion was the biological variation, where the deviation from normal relations between teeth in one jaw arch happening and in the contradictory jaw arch. Malocclusion was connected with the function that was abnormal from the face muscle, chewing muscles, and tongue muscles. In the situation is normally visible anterior dentures the upper jaw experienced pro-verdigris, overbite, overjet that was too big, as well as open bite. The cause especially possibly by disharmony of the relations between oral muscles and muscles perioral. One of the handlings of malocclusion of the beginning to the child, especially as the correction protrusif was the oral implement screen.
The aim: Oral screen was one of the effective implements that most was easy to be used to correct protrusif anterior teeth the upper jaw.
This paper discussed about the oral use screen in the correction protrusif anterior teeth of the child's patient.
The case: A child of the age man 11 years, with the condition protrusif anterior teeth the upper jaw, with malocclusion of the class of Ii div.1 who came to the specialist dental clinic FKG-UNPAD Bandung. With the chief complaint, the anterior teeth of the upper jaw more went up, apparently the lip did not close perfect, as well as the function complaint of the chewing of food. To the grating of early was obtained overjet as big as 13 mm, and overbite 8 mm. After the use of the oral implement screen for 4 months, was obtained by the change overjet 9 mm, and overbite 5 mm.
The conclusion: from the maintenance that was carried out to the patient for four months by using the oral implement screen for 12-16 hours a day, was gotten by the significant change significantly in overjet and overbite the patient, nearby same produced the change in the form of the appearance of the face especially in the position of the lip and his relations with anterior dentures the patient.

The key word: Protrusif, Oral screen, malocclusion

Saturday, June 26, 2010

Koreksi Protrusif dengan Oral screen pada anak sebagai tahap therapi awal maloklusi klas II div. 1

ABSTRAK
Latar belakang : Maloklusi merupakan variasi biologi, dimana terjadi penyimpangan dari hubungan normal antara gigi-gigi dalam satu lengkung rahang maupun dalam lengkung rahang yang berlawanan. Maloklusi dihubungkan dengan fungsi yang tidak normal dari otot wajah, otot-otot pengunyahan, dan otot-otot lidah. Pada keadaan biasa nampak gigi-geligi anterior rahang atas mengalami protrusi, overbite, overjet yang terlalu besar, serta open bite. Penyebab utamanya mungkin oleh ketidakharmonisan hubungan antara otot-otot intra oral dan otot-otot perioral. Salah satu penanganan awal maloklusi pada anak, utamanya sebagai koreksi protrusif adalah alat oral screen.
Tujuan : Oral screen merupakan salah satu alat efektif yang paling mudah digunakan untuk mengkoreksi protrusif gigi anterior rahang atas. Makalah ini membahas tentang pemakaian oral screen pada koreksi protrusif gigi anterior pasien anak.
Kasus : Seorang anak laki-laki umur 11 tahun, dengan kondisi protrusif gigi anterior rahang atas, dengan maloklusi klas II div.1 datang ke klinik spesialis Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKG-UNPAD Bandung, dengan keluhan gigi depan rahang atas lebih maju ke depan, tampak bibir tidak menutup sempurna, serta keluhan fungsi pengunyahan makanan. Pada pengukuran awal didapatkan overjet sebesar 13 mm, dan overbite 8 mm. Setelah pemakaian alat oral screen selama 4 bulan, didapatkan perubahan overjet 9 mm, dan overbite 5 mm.
Kesimpulan : Dari perawatan yang dilakukan pada pasien selama empat bulan dengan menggunakan alat oral screen selama 12-16 jam sehari, terdapat perubahan bermakna secara signifikan pada overjet maupun overbite pasien, disamping itu juga menghasilkan perubahan bentuk profil wajah khususnya pada posisi bibir dan hubungannya dengan gigi geligi anterior pasien.

Kata kunci : Protrusi, Oral screen, maloklusi

Friday, June 25, 2010

Pengembalian fungsi pengunyahan pada anak dengan kelainan Cerebral palsy dan mild mental retardation

Abstrak

Latar belakang : Cerebral palsy merupakan kondisi yang ditandai dengan kelumpuhan, kelemahan, ketidakmampuan mengkoordinasi atau penyimpangan lainnya dari fungsi motoris, terutama pergerakan otot-otot. Sedangkan Retardasi Mental merupakan keterbelakangan terutama dalam fungsi-fungsi dan kemampuan intelektual karena halangan dalam perkembangannya. Dari sudut pandang kedokteran gigi, penderita mempunyai banyak hambatan karena kurangnya kemampuan, termasuk perawatan oleh dokter gigi. Kebutuhan perawatan gigi pada penderita tidak banyak berbeda dari perawatan penderita normal lainnya, tetapi pelaksanaan perawatan biasanya lebih sulit. Penerimaan perawatan gigi dipengaruhi oleh satu atau lebih permasalahan mental, fisik, dan emosi.
Tujuan : Pertimbangan utama perawatan gigi pada pasien dalam kasus ini adalah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan dan penampilan sehingga dapat mengembalikan rasa percaya diri penderita.
Kasus : Seorang pasien laki-laki, umur 17 tahun dengan kelainan Cerebral palsy dengan mild mental retardation datang ke klinik Gigi dan mulut YPAC Jakarta. Pasien ingin dibuatkan gigi palsu karena keluhan fungsi pengunyahan serta gangguan penampilan yang menyebabkan kurangnya percaya diri pasien. Pada kasus ini pasien dibuatkan frame denture pada regio 41 sampai 45, karena pertimbangan ridge yang sudah hilang akibat kehilangan gigi yang terlalu lama.
Kesimpulan : Kesulitan dalam menangani pasien anak yang berkebutuhan khusus dapat diatasi jika dokter gigi lebih mempelajari sifat umum manifestasi keadaan fisik dan psikologisnya. Secara professional seorang dokter gigi dapat menentukan sikap sebelum merencanakan suatu tindakan operasional terhadap seorang penderita.


Kata kunci : Cerebral palsy, Retardasi Mental, frame denture

Thursday, June 24, 2010

Mouth preparation pada anak dengan kelainan Jantung kongenital Tetralogi of Fallot, preOperatif cardiovaskuler

Muhammad Harun Achmad, Kirana L.Gunawan
*Staff Bagian IKGA FKG UNHAS
**Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Mulut UNPAD

ABSTRAK
Latar belakang : Angka kejadian kelainan jantung kongenital dibeberapa rumah sakit pendidikan di indonesia mencapai 9 per 1000 bayi lahir hidup (0,8-1,2% menurut WHO). Berdasarkan data tersebut setiap tahun akan ada tambahan sekitar 45 ribu bayi dengan kelainan jantung kongenital. Tetralogi Fallot merupakan salah satu kelainan jantung kongenital sianotik yang paling banyak ditemukan pada anak-anak. Keadaan ini memiliki empat bentuk kelainan yang terdiri dari defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler, dan hipertrofi ventrikel dekstra. Seperti halnya kelainan jantung kongenital lainnya, pada Tetralogi Fallot sering terjadi komplikasi yang fatal antara lain endokarditis bakterialis yang berhubungan erat dengan infeksi pada gigi.
Tujuan : Penatalaksanaan anak penderita penyakit kardiovaskuler di bidang Kedokteran Gigi memerlukan penanganan secara utuh, dalam upaya mencegah terjadinya endokarditis bakterialis. Makalah ini membahas keadaan gigi dan mulut serta penatalaksanaannya pada dua kasus anak dengan tetralogi Fallot.
Kasus : Dilaporkan dua pasien anak perempuan datang ke klinik Special Dental Care bagian Bedah Mulut RSHS Bandung dengan kelainan jantung kongenital Tetralogi Fallot untuk dilakukan mouth preparation sebelum dilakukan operasi jantung dijakarta.
Kesimpulan : Seperti halnya kelainan jantung kongenital sianotik lainnya, pada Tetralogi Fallot dapat terjadi komplikasi yang fatal antara lain endokarditis bakterialis. Endokarditis bakterialis disebabkan oleh infeksi bakteri pada katup jantung atau endokardium. Di bidang Kedokteran Gigi, endokarditis bakterialis erat hubungannya dengan infeksi gigi.

Kata kunci : Tetralogi Fallot, penyakit kardiovaskuler, endokarditis bakterialis.

ABSTRACT

Background : The congenital Figure of the heart defect incident in several of the educational hospital in Indonesia. Almost reached 9 per 1000 babies was born lived (0,8-1,2% according to WHO). Was based on this data every year will have the addition around 45 thousand babies with the congenital heart defect. Tetralogi of Fallot was one of the congenital heart defects cyanotik that often was found to children. This situation had four forms of the deviation that consist of defect the ventricle septum, overriding aorta, stenosis infundibuler, and hypertrophy of the right ventricle. As in the case of the other congenital heart defect, in Tetralogi Fallotoften happened the complication that was fatal in part endokarditis bakterialis that had tight relationship to the infection in teeth.
The aim: The treatment for the child with cardiovaskuler disease, in the Dentistry field needed the handling intact, in an effort to prevent the occurrence endocarditis bacterialis.
This paper discussed about the teeth and the mouth conditions as well as the therapy for him in two cases of the child with tetralogi of Fallot.
The case: was reported the daughter's two patients came to the Special Dental Care clinic, RSHS Bandung with the congenital Tetralogi of Fallot heart defect to be carried out mouth preparation before being carried out by the heart operation in Jakarta.
The conclusion: as in the case of the congenital heart other defect sianotik, in Tetralogi Fallotcould happen the complication that was fatal in part endocarditis bacterialis.
Endocarditis bacterialis was caused by the bacterial infection in the heart valve or endocardium. In the Dentistry field, endocarditis bacterialis tight has relations with the teeth infection.

The key word: Tetralogi of Fallot, cardiovaskuler diseases, endokarditis bacterialis.

Wednesday, June 23, 2010

Batasan dokter gigi anak

Banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang masuk dan sering muncul tentang anak, baik yang mempertanyakan definisi anak maupun batasan umur anak yang menjadi kompetensi seorang dokter gigi anak, memberikan tanggapan-tanggapan yang beragam, namun sekarang ini kolegium kedokteran gigi anak telah memberikan acuan yang penting sebagai landasan berpikir untuk masalah yang muncul diatas. Melalui konsil kedokteran gigi Indonesia, telah diuraikan secara singkat bahwa yang disebut anak menurut beberapa institusi dan lembaga dunia seperti menurut American pediatric Association bahwa anak adalah individu sampai dengan usia 21 tahun ke bawah. Menurut Unicef/WHO, anak adalah individu sampai dengan usia 18 tahun ke bawah. Menurut UU Kesehatan RI No.23 tahun 1992 menetapkan anak adalah individu sampai dengan usia 18 tahun ke bawah. Ikatan profesi dokter gigi anak sendiri telah menetapkan usia anak adalah 16+ 2 tahun. Sedangkan bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM/RSHS memberikan dan menentukan usia anak adalah individu sampai dengan usia 14+ 2 tahun.

Tuesday, June 22, 2010

Spesialisasi dokter gigi anak

Ilmu kedokteran gigi anak menurut American Academic of Pediatric Dentistry (AAPD, 1996) merupakan percabangan ilmu kedokteran gigi anak yang mencakup perawatan utama dan perawatan khusus baik pencegahan maupun terapi dimulai dari periode bayi, periode anak, hingga masa remaja termasuk mereka yang berkebutuhan khusus meliputi pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara umum, pelayanan kelainan sendi rahang, pelayanan kelainan hubungan tulang rahang, kelainan oklusi gigi geligi, dan perbaikan fungsi kehilangan gigi geligi.

Spesialisasi dokter gigi anak meliputi berbagai disiplin, termasuk penanganan tingkah laku anak, anestesi sedasi pada anak, penanganan dan manajemen farmakologis, perawatan anak dengan keadaan medically, developmentally compromised, supervise pertumbuhan dan perkembangan wajah dan rongga mulut, pencegahan gigi berlubang, penyakit gusi serta ketidakteraturan pada gigi geligi. Kemampuan seorang dokter gigi anak diaplikasikan pada kebutuhan anak sesuai dengan tahapan pertumbuhan serta perkembangannya, di samping penyakit-penyakit khusus pada anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang.

Monday, June 21, 2010

Perkembangan kedokteran gigi anak

Bidang ilmu kedokteran yang semakin pesat perkembangannya saat ini telah membawa dampak positif yang luar biasa pula pada perkembangan ilmu kedokteran gigi, dan terkhusus lagi di bidang ilmu kedokteran gigi anak. Diakui secara nyata bahwa perkembangan ilmu kedokteran gigi anak masih dalam proses dinamisasi dewasa ini dan masih terfokus pada daerah yang memiliki sentral pendidikan ilmu kedokteran gigi khususnya di jawa, sehingga sangat diperlukan adanya masukan baik dalam bentuk wacana, penelitian-penelitian secara khusus dan terkonsentrasi mengenai kondisi daerah daerah di Indonesia yang memang membutuhkan keterlibatan tenaga-tenaga yang berkecimpung di bidang ilmu kedokteran gigi anak.
Hal yang mendasari pentingnya kedokteran gigi anak adalah pentingnya kesehatan gigi dan pelayanan yang optimal bagi bayi, anak, remaja serta bagi seseorang yang membutuhkan pelayanan khusus (special needs), kesehatan rongga mulut merupakan bagian yang tak terpisahkan oleh kesehatan umun seseorang. Adanya penyakit di dalam rongga mulut akan sangat mempengaruhi fungsi, perkembangan dalam masa tumbuh kembang serta kualitas hidup seseorang.
Tujuan pelayanan kesehatan gigi anak meliputi pencegahan, pelayanan kesehatan rongga mulut yang berkualitas, perawatan penyakit-penyakit gusi pada anak dan penyakit jaringan pendukung gusi, serta ketidakteraturan gigi geligi pada anak (maloklusi).

Sunday, June 20, 2010

Dokter Spesialis Gigi Anak

Jenis kasus di bidang kesehatan gigi dan mulut meningkat dengan pesatnya dewasa ini, hasil studi morbiditas SKRT-SURKESNAS 2001 menunjukkan bahwa dari 10 kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dan mencakup 60% penduduk Indonesia.
Ilmu pendidikan di bidang kedokteran pada dasarnya mencakup (a) proses tumbuh kembang manusia, mulai saat pembuahan sampai akhir hayat, (b) berbagai konsep yang melandasi hidup dan kehidupan dimulai dari tingkat subseluler sampai tingkat individu secara utuh, (c) Kondisi serta penyebab adanya penyimpangan dari standar atau keadaan normal baik secara fisik maupun psikis, dan (d) menggali serta mempelajari secara komprehensif metode intervensi agar dapat mengembalikannya ke kondisi normal maupun fungsi secara optimum system organ yang terlibat secara terintegrasi dalam wujud humanisme secara utuh.

Saturday, June 19, 2010

INTERSEPTIF ORTHODONTIK ; EFEKTIFITAS RAPID PALATAL EKSPANDER (RPE) PADA PENATALAKSANAAN CROWDING ANTERIOR ANAK

Abstrak
Perawatan interseptif orthodontik bertujuan untuk mengurangi dan memperbaiki faktor penyebab terjadinya maloklusi pada saat tumbuh kembang yang mempunyai efek kemungkinan akan terjadi lebih buruk pada masa datang. Gigi crowding merupakan suatu keadaan dimana terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. Tiga keadaan yang memudahkan lengkung gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang basal rahang yang kecil atau kombinasi dari gigi yang lebar dan rahang yang kecil. Salah satu penanganan kasus pada gigi crowding anterior anak akibat disproporsi ukuran gigi yang lebar dengan lengkung rahang yang sempit adalah dengan alat Rapid palatal ekspander (RPE) dengan tujuan untuk mendapatkan kembali ruang ideal untuk harmonisasi gigi dan lengkung rahang. Seorang anak laki-laki umur 10 tahun ingin dirawat giginya dengan keluhan gigi depan rahang atas dan rahang bawah mengalami crowding (berjejal), sehingga mengganggu penampilan dan pengunyahan. Hampir semua gigi permanent telah erupsi, dan rahang masih dalam proses pertumbuhan. Dari perawatan yang dilakukan dengan kombinasi alat orthodontik cekat dan alat Rapid palatal ekspander (RPE) selama 4 bulan perawatan didapatkan hasil signifikan yang tampak pada keadaan klinis rongga mulut pasien.

Kata kunci : Interseptif orthodontik, Crowding anterior, Rapid palatal ekspander (RPE)